Konsep ‘secondary skin’ atau kulit kedua untuk bangunan rumah
Bayangkan rumah cerah di iklim tropis, yang nyaman dengan pembayangan dari sinar matahari. Shading device seperti kisi-kisi sering digunakan sebagai secondary skin. Konsep secondary skin atau ‘kulit kedua’ untuk rumah tropis menjadi cukup populer akhir-akhir ini. Konsep ini berpadu dengan konsep arsitektur modern dengan menyumbangkan solusi yang patut dipertimbangkan untuk iklim tropis, yang juga memiliki nilai estetika atau keindahan.
Apa itu konsep ‘secondary skin’
Barangkali Anda pernah membaca atau tahu dari tayangan televisi tentang konsep ‘secondary skin’ atau kulit kedua bangunan. Konsep ini pada awalnya merupakan konsep yang mengibaratkan rumah sebagai ‘kulit’ manusia. Secara biologis, manusia memiliki kulit, dan kulit inilah yang melindungi manusia dari berbagai bahaya, virus, kuman dan ancaman dari luar. Kulit memiliki fungsi mengatur hubungan tubuh dan dunia luar tubuh manusia. Bila kondisi diluar tubuh panas, maka kulit manusia bereaksi dengan tetap menjaga suhu tubuh dalam batas normal, misalnya dengan mengeluarkan keringat. Manusia juga memiliki cara untuk menghadapi kondisi luar tubuhnya dengan memakai pakaian, misalnya pakaian untuk mengatasi udara panas, udara dingin, dan sebagainya. Pakaian dapat dibuat sedemikian rupa sehingga nyaman dipakai.
Dalam dunia arsitektur, dikenal pula konsep bangunan sebagai ‘kulit’ manusia, dimana kulit ini bertugas pula membuat perlindungan bagi tubuh manusia. Karena itu bangunan dapat dirancang agar sesuai untuk udara tropis, dari panas dan hujan, serta dari hal-hal lain berkaitan dengan iklim. Konsep ‘secondary skin’ atau kulit kedua diambil dari gambaran kulit manusia dan pakaiannya, dan konsep ini dibuat manakala ‘kulit’ bangunan satu lapis saja tidak cukup untuk mengatasi dampak iklim.
Sketch by Probo Hindarto
Pada sketsa yang saya buat diatas, terlihat gambaran salah satu konsep secondary skin. Manusia yang berada didalam, dibatasi oleh dinding dan kaca dari luar bangunan rumah, dan lihat ‘secondary skin’ yang bisa berupa kisi-kisi untuk menahan panas dari luar.Jadi, dalam contoh ini; dinding kaca dirasa bisa menyebabkan kondisi didalam ruangan terasa lebih panas dan untuk mengurangi panas itu digunakan kisi-kisi penahan panas matahari.
Photo by Samoke (Eko Wahyu, SAMM). House design by Ridwan Kamil
The house is using thousands of bottles for secondary skin.
Untuk menerapkan secondary skin untuk rumah
Untuk menerapkan konsep ‘secondary skin’ atau kulit kedua untuk rumah tinggal, sebaiknya jangan keliru dengan membuat ‘hiasan’ untuk tampilan bangunan. Memang tampilan bangunan seringkali tampak lebih indah daripada menggunakan satu dinding saja. Tampilan bangunan memang seringkali menjadi lebih baik lebih indah daripada sebelumnya. Namun hal ini bukan alasan sebenarnya menggunakan secondary skin. Bila kita perhatikan,secondary skin banyak diaplikasikan untuk rumah tropis. Hal ini disebabkan karena rumah tropis memerlukan konsep lebih maju daripada single wall atau berdinding satu saja, khususnya di daerah tropis.
Untuk mengaplikasikan secondary skin untuk fasade (tampilan) rumah Anda, berikut ini hal-hal yang harus diperhatikanBarangkali Anda pernah membaca atau tahu dari tayangan televisi tentang konsep ‘secondary skin’ atau kulit kedua bangunan. Konsep ini pada awalnya merupakan konsep yang mengibaratkan rumah sebagai ‘kulit’ manusia. Secara biologis, manusia memiliki kulit, dan kulit inilah yang melindungi manusia dari berbagai bahaya, virus, kuman dan ancaman dari luar. Kulit memiliki fungsi mengatur hubungan tubuh dan dunia luar tubuh manusia. Bila kondisi diluar tubuh panas, maka kulit manusia bereaksi dengan tetap menjaga suhu tubuh dalam batas normal, misalnya dengan mengeluarkan keringat. Manusia juga memiliki cara untuk menghadapi kondisi luar tubuhnya dengan memakai pakaian, misalnya pakaian untuk mengatasi udara panas, udara dingin, dan sebagainya. Pakaian dapat dibuat sedemikian rupa sehingga nyaman dipakai.
Dalam dunia arsitektur, dikenal pula konsep bangunan sebagai ‘kulit’ manusia, dimana kulit ini bertugas pula membuat perlindungan bagi tubuh manusia. Karena itu bangunan dapat dirancang agar sesuai untuk udara tropis, dari panas dan hujan, serta dari hal-hal lain berkaitan dengan iklim. Konsep ‘secondary skin’ atau kulit kedua diambil dari gambaran kulit manusia dan pakaiannya, dan konsep ini dibuat manakala ‘kulit’ bangunan satu lapis saja tidak cukup untuk mengatasi dampak iklim.
Sketch by Probo Hindarto
Pada sketsa yang saya buat diatas, terlihat gambaran salah satu konsep secondary skin. Manusia yang berada didalam, dibatasi oleh dinding dan kaca dari luar bangunan rumah, dan lihat ‘secondary skin’ yang bisa berupa kisi-kisi untuk menahan panas dari luar.Jadi, dalam contoh ini; dinding kaca dirasa bisa menyebabkan kondisi didalam ruangan terasa lebih panas dan untuk mengurangi panas itu digunakan kisi-kisi penahan panas matahari.
Photo by Samoke (Eko Wahyu, SAMM). House design by Ridwan Kamil
The house is using thousands of bottles for secondary skin.
Untuk menerapkan secondary skin untuk rumah
Untuk menerapkan konsep ‘secondary skin’ atau kulit kedua untuk rumah tinggal, sebaiknya jangan keliru dengan membuat ‘hiasan’ untuk tampilan bangunan. Memang tampilan bangunan seringkali tampak lebih indah daripada menggunakan satu dinding saja. Tampilan bangunan memang seringkali menjadi lebih baik lebih indah daripada sebelumnya. Namun hal ini bukan alasan sebenarnya menggunakan secondary skin. Bila kita perhatikan,secondary skin banyak diaplikasikan untuk rumah tropis. Hal ini disebabkan karena rumah tropis memerlukan konsep lebih maju daripada single wall atau berdinding satu saja, khususnya di daerah tropis.
Pada saat mendesain, lihatlah bangunan-bangunan diseki tar rumah yang akan dibangun, kemudian rasakan suasana didalam ruang rumah tersebut. Apakah rumah-rumah tersebut sudah memadai dari segi kenyamanan thermal, dalam arti, apakah rumar calon tetangga Anda itu cukup sejuk, nyaman dalam suhu, kelembaban udara dan sebagainya? Bila Anda rasa kondisi rumah tetangga Anda kurang sejuk, lihatlah barangkali ada kemurgkinan perlu digunakan secondary skin untuk rumah yang akan Anda bangun.
Bila rumah Anda sudah dibangun, lihatlah apakah ada kemungkinan kita dapat memperbaiki tingkat kenyamanan dalam ruang tempat ting gal kita dengan menambahkan secondary Skin.
Seringkali untuk daerah tropis, secondary skin yang paling sering digunakan adalah penggunaan kisi-kisi bangunan yang dibuat dari kayu, besi, atan bahan lain. Meskipun demikian, material lain dapat digunakan, misalnya botol bekas seperti yang digunakan pad a rumah tinggal karya arsitek Indonesia Rid wan Kamil. Bahan bahan lain Seperti bambu, anyaman bambu, kaca buram dan sebagainya adalah contoh material yang dapat digunakan. Variasi material pun da pat dikembangkan lebih jauh.
Tingkat kenyamanan manusia hidup di alam tropis memang spesifik. Kebanyakan orang menganggap ruangan yang agak gelap namun masih nyaman bagi mata adalah ruangan yang nyaman. Berapa banyak cahaya yang masuk termasuk pertimbangan utama. Dewasa ini, karena material kaca sering digunakan, dampak dari penggunaan kaca adalah level panas ruangan yang lebih tinggi. Hal ini mengakibatkan perlunya secondary skin untuk diaplikasikan
Penggunaan secondary skin mungkin mirip seperti prinsip ‘berada dibawah bayangan pohon’ Barangkali Anda bisa membayangkan, bahwa berada dibawah bayang bayang pohon disaat udara panas dan matahari menyengat adalah sangat nyaman.
________________________________________________
by Probo Hindarto