Bisnis Desain Interior Makin Cerah
JAKARTA, KOMPAS.com - Pertumbuhan bisnis properti dan rumah tinggal membuka peluang bagi profesi desainer interior. Permintaan jasa desain banyak datang dari pengembang perumahan, baik untuk desain rumah maupun desain furnitur.
"Ragam jenis pekerjaan ini sangat luas, tidak hanya desain untuk rumah, gedung, atau ruangan tapi juga barang-barang furnitur," kata Tanty Era Putri, seorang desain interior di Gema Citra Era Desain Indonesia, Senin (12/3/2012).
"Saya optimistis, ke depan prospeknya bertambah bagus. Meskipun perlu inovasi, apalagi untuk furnitur, namun persediaan kayu semakin menipis," kata Tanty.
Tanty mengatakan, pertumbuhan bisnis properti baik rumah tinggal, perkantoran, kafe atau restoran membuka peluang besar bagi profesi desain interior. Ia menceritakan, 70% kliennya adalah perorangan yang banyak menggunakan jasanya untuk mendesain rumah tinggal, dan 30% adalah perusahaan.
Ia mengaku, dalam satu bulan omzetnya mencapai antara Rp 50 juta hingga Rp 150 juta. Omzet ini tergantung dari banyaknya permintaan dan kesanggupan melayani kebutuhan kliennya.
"Intinya, profesi desain interior menjanjikan saat ini maupun 10 sampai 20 tahun ke depan," ujar Tanty.
Untuk menghadapi persaingan, Tanty juga melebarkan kemampuan untuk mendesain furnitur. Hal itu ia lakukan meski pangsanya tidak sebanyak permintaan untuk desain interior.
"Untuk membuka peluang baru di bisnis ini, ada saja permintaan. Kadang, kendalanya ada pada bahan baku kayu yang agak sulit diperoleh," kata desainer yang banyak menggunakan kayu kelapa untuk desainnya.
Namun, meskipun ruang untuk menangguk rezeki di bidang ini masih luas, ia mengaku perlu kreativitas dan inovasi tinggi agar untuk bisa terus eksis.
"Persaingan pasti ada, harus punya cara dan strategi untuk tetap mendapatkan proyek," katanya.
"Ragam jenis pekerjaan ini sangat luas, tidak hanya desain untuk rumah, gedung, atau ruangan tapi juga barang-barang furnitur," kata Tanty Era Putri, seorang desain interior di Gema Citra Era Desain Indonesia, Senin (12/3/2012).
"Saya optimistis, ke depan prospeknya bertambah bagus. Meskipun perlu inovasi, apalagi untuk furnitur, namun persediaan kayu semakin menipis," kata Tanty.
Tanty mengatakan, pertumbuhan bisnis properti baik rumah tinggal, perkantoran, kafe atau restoran membuka peluang besar bagi profesi desain interior. Ia menceritakan, 70% kliennya adalah perorangan yang banyak menggunakan jasanya untuk mendesain rumah tinggal, dan 30% adalah perusahaan.
Ia mengaku, dalam satu bulan omzetnya mencapai antara Rp 50 juta hingga Rp 150 juta. Omzet ini tergantung dari banyaknya permintaan dan kesanggupan melayani kebutuhan kliennya.
"Intinya, profesi desain interior menjanjikan saat ini maupun 10 sampai 20 tahun ke depan," ujar Tanty.
Untuk menghadapi persaingan, Tanty juga melebarkan kemampuan untuk mendesain furnitur. Hal itu ia lakukan meski pangsanya tidak sebanyak permintaan untuk desain interior.
"Untuk membuka peluang baru di bisnis ini, ada saja permintaan. Kadang, kendalanya ada pada bahan baku kayu yang agak sulit diperoleh," kata desainer yang banyak menggunakan kayu kelapa untuk desainnya.
Namun, meskipun ruang untuk menangguk rezeki di bidang ini masih luas, ia mengaku perlu kreativitas dan inovasi tinggi agar untuk bisa terus eksis.
"Persaingan pasti ada, harus punya cara dan strategi untuk tetap mendapatkan proyek," katanya.